Jumat, September 14, 2012

Inilah Misionaris mengaku Murtadin yang terbongkar penipuannya


Demi tujuannya tercapai, ada sebagian Misionaris yang tidak segan segan menggunakan dengan segala cara ,termasuk harus membuat kesaksian bohong.
dan lebih memprihatinkan lagi ,para Misionaris yang menggunakan cara cara dengan kesaksian bohong tersebut mendapatkan tempat yang sangat strategis, dengan diberikan jabatan tinggi dikalangan mereka.
Berikut ini beberapa contoh Misionaris yang terbongkar penipuannya :
1Pendeta Samuel Hermawan,Mengaku Sarjana Islam Terbongkar Kedoknya Bintaro
-Di kalangan Kristen, Pendeta Samuel Hermawan dikenal sebagai ahli islamologi mantan Muslim. Namanya mulai naik daun ketika Samuel menuliskan pengalaman rohaninya mengapa ia beralih meninggalkan Islam dan kini menjadi pendeta. Dalam testimoni berjudul “Yesus adalah Tuhan dan Raja,” Samuel menuliskan sbb:
“Saya dulunya dari muslim tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung. Saya ingin memberikan kekuatan untuk para sahabat sekalian orang-orang Kristen bahwa apa yang kalian sembah itu adalah benar-benar Tuhan dan Juruselamat. Yesus adalah Tuhan dan Raja sesuai yang tercantum dalam Al Quran, Hadist dan Injil.” Dalam sebuah dialog Islam dan Kristen, dusta Pendeta Samuel terbongkar. Ternyata dia bukan mantan muslim, terbukti karena ia tidak bisa baca-tulis Al-Qur’an. Pengakuannya sebagai ahli islamologi lulusan pesantren dan Sarjana Islam lulusan STAIN Bandung, adalah kebohongan besar untuk memuluskan Kristenisasi.
Pendeta Samuel mengaku tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung…
Bermula ketika Indarwati, bukan nama sebenarnya, yang mempengaruhi kakak kandung, orang tua dan pamannya untuk masuk Kristen.
Empat tahun yang lalu, Indarwati menikah secara Islam dengan seorang pemuda. Seluruh keluarga Indar merestui pernikahan itu, karena beranggapan, sang mempelai pria itu adalah seorang Muslim yang taat beragama.
Belakangan, setelah Indar dikaruniai seorang anak, keluarganya baru tahu kalau suami Indar adalah seorang pendeta. Namun ia tidak mengaku pura-pura Muslim ketika menikah. Kilahnya, kekristenan itu ia terima setelah pernikahan. Kini, Indar sudah berganti iman menjadi aktivis gereja, mengikuti jejak suaminya. Bahkan seorang adiknya berhasil ditarik menjadi seorang Kristen.
Ketika Indar mempengaruhi Eddy, pamannya, untuk masuk Kristen,  terjadilah percekcokan ringan. Eddy paman adalah mantan aktivis PII (Pelajar Islam Indonesia).
“Kamu ini, kok bisa-bisanya masuk Kristen dan ngajak-ngajak keluarga untuk masuk Kristen?” tanya sang paman.
“Ya.. karena sekarang saya tahu kalau Kristen itu jauh lebih baik dari Islam, paman,” jawab Indra santai.
“Siapa sebenarnya yang mempengaruhimu kok sekarang jadi seperti ini?” tanya sang paman lagi.
“Saya tidak dipengaruhi siapa-siapa, paman. Tuhan Yesus sendiri yang memanggil saya. Sekarang saya tahu bahwa Kristen itu kasih dan menyelamatkan,” terang Indra.
“Apa buktinya kalau Kristen itu menyelamatkan dan lebih baik dari Islam?” selidik sang paman.
“Saya tidak bisa menjelaskan secara detil, paman. Kalau Paman ingin tahu jawabannya, nanti saya panggil pendeta saya. Pendeta Samuel Hermawan adalah ahli islamologi, lulusan pesantren dan STAIN Bandung. Paman bisa bertanya sepuasnya tentang kekristenan kepada pak pendeta,” jawab Indra. Maka disepakatilah pertemuan dialog agama di rumah sang paman.
Ahad malam, 15 November 2009, di Bintaro diadakan pertemuan sederhana. Tapi sang paman tidak mau menghadapi sendiri. Karena penasaran, kok ada lulusan pesantren dan sarjana Islam yang bisa pindah iman, maka ia mengundang sanak saudara dan para tetangga. Tidak lupa, ia mengundang Insan Mokoginta Wenceslaus, ustadz yang mantan Kristen.
Pendeta Samuel Hermawan datang tidak sendirian. Ia itemani beberapa pendeta, pekerja gereja dan beberapa jemaat setianya. Dengan dandanan yang klemis dengan baju  batik coklat yang dikenakannya, ia tampil sangat percaya diri. Seluruh materi islamologi yang akan dipresentasikan sudah disiapkan dalam laptop dan infocus, lengkap dengan seorang wanita operatornya.Dialog dimulai pukul 8 malam, disaksikan lima puluhan pendengar dari kalangan Islam dan Kristen.
Setelah memperkenalkan diri, Samuel mulai menerangkan ketuhanan Yesus berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Puluhan ayat Al-Qur’an ditampilkan di layar infocus. Insan yang sudah tidak asing dengan makalah itu menyela, “Maaf Pak Pendeta, paparan yang anda tampilkan itu sebenarnya bukan pemikiran anda. Anda hanya mengutip brosur Kristen “Rahasia Jalan ke Surga” yang memakai nama penerbit palsu Dakwah Ukhuwah. Saya sudah menjawabnya dalam buku “Muallaf Membimbing Pendeta ke Surga” tahun 1999.
Meski tak bisa membantah bahwa presentasi makalahnya sama persis dengan brosur Dakwah Ukhuwah, Samuel kekeuh menyangkalnya, dan terus melanjutkan ceramah.
“Yesus alias Nabi Isa adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Al-Qur’an sendiri mengakui bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir. Bahkan Yesus bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Mari kita renungkan. Selain Tuhan, siapa yang bisa memberi nyawa kepada orang mati. Karena Yesus bisa menghidupkan orang mati, maka dia adalah Tuhan,” jelasnya.
Insan membantah, “Saya tahu, ayat Al-Qur’an yang anda maksudkan adalah surat Ali Imran 49 dan Al-Ma’idah 110. Tapi ayat ini jangan dibaca sepotong saja. Bila dibaca secara utuh, seluruh mukjizat Nabi Isa itu selalu diiringi dengan kalimat ‘bi-idznillah’ yang artinya dengan seizin Allah. Jadi, seluruh mukjizat itu bukan karena kehebatan Nabi Isa, tapi karena izin dan pemberian Allah. Karenanya, yang menyembuhkan dan menghidupkan itu bukan Nabi Isa, melainkan Allah SWT,” katanya.Samuel tak dapat membantah argumen ini, lalu beralih ke pembicaraan lain. Ia menyatakan bahwa menurut Injil Lukas, tidak semua perbuatan Yesus ditulis dalam Injil. Karena tidak ada kitab yang bisa memuat seluruh ajaran Yesus.
“Tolong Pak Pendeta baca, Injil Lukas yang anda maksud tersebut!” tanya Insan menimpali. “Wah, saya tidak hafal ayatnya, Pak,” jawabnya singkat.“Tolong pendeta yang lain atau jemaat membaca Injil Lukas yang dimaksud,” tanya Insan kepada jemaat Kristen. Karena tak mendapat jawaban apapun dari pihak Kristen, maka Insan menjawab pertanyaannya sendiri.“Sebetulnya, ayat yang dimaksudkan Pendeta Samuel itu bukan Injil Lukas, tapi Injil Yohanes 21:25. Kalau tidak percaya silakan baca ayat tersebut,” Insan mempersilakan. Jemaat pun membaca ayat yang dimaksud, ternyata betul. Mereka semakin gusar.
Ternyata Sarjana Islam Gadungan
Ketika ingin membuktikan ketuhanan Yesus sebagai orang yang tahu hari kiamat, Samuel mengutip terjemahan Al-Qur’an surat Luqman ayat 34: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat.”Penasaran dengan banyaknya kutipan ayat yang hanya dibaca terjemahannya saja, Insan minta Samuel untuk membaca nas Arabnya.
Nyalinya runtuh ketika dites membaca nas Arab Al-Qur’an. Ternyata Pendeta itu bukan lulusan pesantren karena tidak tahu baca-tulis huruf Arab…
“Pak Pendeta, dari tadi anda hanya membaca terjemahan ayat tanpa membaca nas Arabnya. Anda kanngaku lulusan pesantren dan sarjana Islam, tolong baca nas Arabnya!” pintanya.
Tak disangka, permintaan Insan ini meruntuhkan nyali sang pendeta. Beberapa menit ia hanya memandangi presentasi di layar in focus. Mulutnya terkatup, sesekali ia memandangi jemaatnya, dan sesekali menundukkan wajahnya yang mulai memucat.
Jemaat dan para pendeta yang hadir pun nampak gusar, malu dan salah tingkah di hadapan puluhan hadirin Muslim. Pendeta Samuel Hermawan yang selama ini mereka elu-elukan sebagai ahli islamologi, lulusan pesantren dan sarjana Muslim, ternyata tak lebih pintar dari siswa TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Sementara hadirin dari pihak Islam sebagian tertawa, sebagian geleng-geleng dan sebagian bertepuk tangan. Mereka terheran-heran terhadap Samuel Hermawan yang ditokohkan dan dihormati di gereja, padahal mereka selama ini dicekoki dengan kesaksian dusta.
“Pak Samuel ini aneh sekali. Bagaimana bisa jadi pendeta dan mengaku ahli islamomogi? Padahal anda tidak menguasai Bibel dan tidak paham Al-Qur’an? Mana mungkin anda bisa memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk kepentingan kristenisasi, padahal anda tidak mengerti baca-tulis Al-Qur’an? Tolong anda beragama yang jujur saja, jangan menipu jemaat” kata Insan menasihati.
Situasi dialog jadi tidak imbang, Insan yang jauh di atas angin, seperti dosen menceramahi anak SD. Tepat pukul 10 malam acara diakhiri, tuan rumah mempersilakan seluruh hadirin untuk menikmati makan malam yang sudah disediakan secara mewah. Terlanjur malu, Pendeta Samuel dan seorang pendeta lainnya buru-buru pamitan pulang meninggalkan para jemaatnya yang sudah membaur bersama hadirin lainnya di meja hidangan.
Seorang peserta yang sangat kecewa terhadap Pendeta Samuel berkomentar, “Katanya lulusan pesantren dan sarjana Islam, gak tahunya seperti ayam sayur,” kata pria berusia 60 tahun yang datang jauh-jauh dari Depok, Jawa Barat. Ternyata Pendeta Samuel adalah “Drs” alias durung rampung sekolah, toh. [taz/voa-islam]
2. Pendeta Yusuf Roni
Ngakunya dia bernama lengkap Kemas Abubakar Masyhur Jusuf Roni asli kelahiran Palembang 6 Desember 1946. Kakeknya bernama

kemas a. roni tokoh islam terkenal di Palembang silsilah lengkapnya kemas Abubakar Mashur Jusuf
roni bin Kemas M toha Roni bin Kemas A.Roni bin Kemas Nanang Abdul Halim bin
Kemas Abang bin kemas Amijoko bin Demang Singojudo Wirokencono bin Daeng
ario Wongso bin Tumenggung Nogowongso bin pageran Fatahillah dan seterusnya.
Masa kecilnya
Jusuf Roni dididik dgn disiplin yg keras di tengah-tengah keluarga islam.
Maka jadilah dia seorang muslim yg fanatik ketika keluarganya pindah ke
Bandung dia masuk ke pesantren YPI (yayasan pendidikan Islam) JL. Muhammad
16 Bandung yg di pimpin oleh KH. Udung Abdurrahman. Ngakunya pula sebelumnya
menjadi Kristen Jusuf Roni adalah aktifis muslim yg gigih memperjuangkan
Islam dalam kesempatan apapun termasuk membendung perkembangan agama Kristen
di Jawa Barat buktinya dulu dia  memiliki seabreg jabatan di dunia dakwah
antara lain :
1. Ketua umum Serikat Pelajar Muslim Indonesia  (SEMPI) kabupaten Bandung
ketua 1 SEMPI wilayah Jawa Barat, ketua lembaga dakwah SEPMI pusat
2. Ketua serikat Pendidikan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) Bandung
3. Angota Gerakan Ulama Syarikat Islam Indonesia (GUSII) wilayah Jawa Barat
4. Ketua seksi dakwah dan pers Pemuda Muslim Indonesia wilayah Jawa Barat
5. Angota dewan pimpinan harian daerah (DPHD) Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI)  konsulat Jawa Barat
6. Pernah jadi juri MTQ tingkat nasional
7. Pernah di didik di pesantren sampai aliyah, IKIP dan Universitas Islam
Indonesia
8. Pernah menjadi wakil sekertaris jendral organisasi islam sedunia. Namun
selama beragama islam dia tidak pernah mengalami kepuasan rohani hidupnya
selalu gelisah tidak tenang dan selalu diliputi oleh tanda Tanya seputar
kepastian keselamatan. Dalam situasi itulah akhirnya dia terpikat oleh
doktrin ”keselamatan yang pasti” dalam kristus bahwa dosa manusia sudah di
tebus oleh Yesus yang mati tragis di atas gantungan tiang salib.
TERNYATA BOHONG SEMUA……….BOHONG BESAR !!!
Kesaksian yang indah dan memikat itu sempat menggegerkan umat karena di
tobatkan di gereja-gereja lalu kesaksian tersebut direkam dan diedarkan ke
kalangan muslim di Kalimantan, Surabaya, Bandung, Jakarta, Malang dan
beberapa kota besar lainnya. Tetapi ternyata …pendeta Jusuf Roni berbohong
dalam kesaksiannya. Bohongnya tak tanggung tanggu!!!ng besar …sekali..
1. Berdasarkan surat keterangan dari pusat administrasi akademi IKIP bandung
NO.259 P.T 25R.II 4/0/1979 tertanggal 22  Mei 1979 Jusuf Roni tidak pernah
tercatat sebagai mahasiswa IKIP Bandung.
2. Surat rector Universitas Islam Indonesia Nusantara Bandung
NO.78/R-UIN/D/V91997 tertanggal 2 september 1979 Jusuf Roni pun tidak pernah
tercatat sebagai mahasiswa UIN Bandung.
3. Surat kepala kantor direktorat jendral bina tuna warga Bandung no
P.R.II.LL/D.P/2383/79 tertanggal 22 mei 1979 menyatakan bahwa Jusuf Roni
sudah pernah meringkuk di penjara Banceuy Bandung dalam kasus tindak pidana.
Jadi Jusuf Roni adalah seorang recidivist.
4. Jusuf roni bukan asli Palembang tapi berdarah campuran asing
5. Mustahil menjadi juri MTQ ketua lembaga dakwah wakil sekjen organisasi
Islam sedunia karena Jusuf Roni ternyata tidak bisa baca Alquran tidak tahu
tata cara dan doa-doa shalat tidak hafal surat alfatihah.
Maka tidak heran bila akhirnya pada tanggal 19 juli 1979 pengadilan negeri
Jakarta pusat memutuskan hukuman 6 tahun penjara karena terbukti melakukan
tindak pidana subversi sebagaimana yg diatus dalam pasal 1(1) ke 1 sub c
undang undang no. 11/PNPS/1963. Itulah profil Jusuf Roni pendeta recidivist yg kini menjadi rector Apostolos

3.Ali Makrus
mengumbar klaim latar belakangnya  sebagai :
-Seorang habib Keturunan Nabi SAW
-Seorang mantan Ketua Tim Pemburu Hantu Lativi
-Anggota Front Pembela Islam (FPI)

dan ia menyataan telah keluar dari agama Islam, lalu memeluk agama Kristen, dan mengeluarkan sejumlah kesaksian menghujat, memfitnah, dan mencaci maki Islam, yang kemudian sengaja direkam oleh umat Kristen dan disebarluaskan ke seluruh Indonesia bahkan dunia, tentu saja lewat media internet!!
Siapakah Ali Markus
Lahir di Bangil, Jawa Timur 29 Maret 1962, Ali Makhrus bernama asli Markus. Sejak kecil Markus (kini Makhrus) dididik dan dibesarkan dalam keluarga Kristen. Ayahnya, M. Yusuf (60) tahun adalah seorang pendeta yang kini masih aktif di GSJA (Gembala Sidang Jemaat Allah), Jalan Pogot Surabaya.  Selain itu juga memiliki jemaah di gereja GPPS Sepanjang, Surabaya.
Selain ayah dan ibunya yang seorang aktivis gereja, kakak dan pamannya, semuanya adalah seorang pendeta.
Saat remaja, Makhrus dikirim sang ayah untuk melanjutkan studi di Sekolah Teologi (STH) Gereja Tuhan, Medan dan lulus tahun 1989. Lulus kuliah ia lantas ditugaskan di gereja Bethani dan GSJA Surabaya.
Kegundahan keyakinan membuat pria lima anak ini memeluk Islam di tahun 1989. Sayangnya, dalam kondisi ekonomi yang sulit dan tanggungjawab sebagai ayah, godaan ekonomi membuat ia menerima tawaran gereja untuk kembali sebagai seorang misionaris.
Tanggal 12 Oktober 2005 silam, datang menemui KH Abdullah Wasi’an dirumahnya, di Sidoarjo, Jawa timur. Kepada kristolog kondang itu, Markus menyatakan niatnya untuk pindah agama dari Kristen ke Islam. Alasannya setelah membaca buku KH Abdullah Wasi’an yang berjudul Benteng Islam terbitan Pustaka Dai, ia jadi tertarik dengan islam.
Dengan berbaik sangka, mendengar paparan Markus yang sangat memukau itu, KH Abdullah Wasi’an pun menuntun pensyahadatan Markus tepat pukul 11.00 WIB. Syahadat itupun ditandai dengan surat keterangan sementara yang ditandatangai oleh KH Abdullah Wasi’an dan beberapa saksi. Usai pensyahadatan, Pendeta Markus pulang dengan disangoni uang tunai. Nama Islamnya pun menjadi Makhrus.
Namun setelah majalah Modus melakukan pengecekan secara mendetail pada bulan November 2005 lalu, ditemukan sejumlah kebohongan pada Pendeta Markus Margiyanto. Diantaranya, alamat KTP-nya di Jl. Pogot Lama II/91 RW 06/05 Kalikedinding, Kenjeran, Surabaya ternyata tidak benar. Karena rumah itu telah dijual lima tahun lalu kepada Sutarso. Sutarso pun mengaku tidak tahu menahu tentang seluk beluk dan aktivitas Markus.
Sementara itu, Darmo, tetangga depan rumah Sutarso yang tinggal di sana sejak tahun 1980 mengatakan bahwa yang berprofesi sebagai pendeta itu adalah ayahnya Markus. Setelah ditelusuri, ternyata markus bersama keluarganya yang terdiri dari anak, istri, ibu dan adiknya tinggal di Tanah merah II/22, Kalikedinding, Kenjeran, Surabaya. Rumah yang sempat difungsikan sebagai gereja ini asalnya adalah milik Pendeta Petrus Salindeho yang pernah bermasalah dengan umat islam hingga divonis hukuman penjara, beberapa tahun lalu.
Tak jauh dari rumah Markus di Tanah Merah itu, tinggallah Ustadz Ahmad Ghazali, salah seorang tokoh masyarakat yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris PC NU Surabaya. Ustadz Ghazali tahu persis daftar penipuan Markus yang bermodus ingin masuk islam dihadapan tokoh Islam lalu mendapat simpati sang tokoh hingga mendapat hadiah sejumlah uang dan materi lainnya.
Beberapa kiai yang sempat didatangi Markus, antara lain KH Miftah, di Kedung Tarukan Surabaya yang akhirnya menyumbangkan uang tunai Rp. 250.000 dan sarung merek Al-Ma’ruf berharga ratusan ribu. Ada juga KH Asep mantan ketua PC NU Surabaya, KH Abdul Syakur, KH Abdurrahman Navis dan lainnya.
Masrukin adalah salah seorang korban penipuan Markus. Dia adalah pengurus Masjid Nurul Jannah Kalilom, Surabaya. Kira-kira empat tahun lalu, Markus Margiyanto datang ke Mesjid Nurul Jannah dan menyatakan niatnya untuk masuk islam. Diapun disyahadatkan oleh Ridwan, modin setempat.
Setelah masuk islam, karenat tidak punya rumah, Markus pun butuh rumah tinggal. Dengan ikhlas, Masrukin memberikan salah satu rumahnya yang baru selesai dibangun untuk ditempati Markus secara Cuma-Cuma. Diapun tinggal dirumah itu bersama istrinya, Muslimah anak seorang kiai di Singosari, Malang.
Selama di rumah Masrukin, Markus sama sekali tidak bekerja untuk menafkahi anak dan istrinya. Kebutuhan sehari-harinya ditanggung oleh jamaah mesjid, terutama oleh keluarga Masrukin. “Mualaf itu bagi orang islam merupakan aset,” alasan Masrukin. Jamaah Masjid pun simpati dengan keislaman Markus, sehingga segala permintaannya dikabulkan jamaah. “Jamaah masjid sini sudah banyak berkorban materi, tenaga dan pikiran untuk Markus,” imbuh Masrukin.
Suatu saat, Masrukin merasakan ada gelagat yang lain karena setiap hari Minggu, pagi-pagi Markus pergi memakai baju yang rapi. “Ternyata Markus pergi ke Gereja,” kata Masrukin. Maka Markuspun dia usir dari rumahnya. Setelah pindah dari Kalilom, Markus melancarkan penipuan yang sama dengan modus pura-pura masuk islam untuk mendapat simpati dan uang dari jamaah masjid di Tanah Merah, Surabaya.
Jauh sebelum melancarkan aksinya di Surabaya. Pendeta Markus pura-pura masuk islam dan nyantri di PIQ Singosari Malang dibawah asuhan KH Bashori Alwi. Karena sudah dipercaya, dia dijadikan menantu oleh KH Ahmad Rifai, pengasuh sebuah pesantren di Singosari, Malang. Namun setelah mempunyai dua anak Markus memboyong anak-anak dan istrinya ke Jakarta lalu mengkristenkan semuanya.
Dalam pengakuannya kepada tim FAKTA Surabaya, Markus mengungkapkan bahwa ceramah-ceramahnya yang menghina islam itu berdasarkan pesanan gereja. Dia juga mengaku ditekan oleh bapaknya dan paman-pamannya yang pendeta. “Apa yang saya ungkapkan di VCD itu adalah rekayasa palsu pihak gereja,” kata Markus kepada Masyhud, ketua tim FAKTA Surabaya.
Selain tekanan gereja, Markus juga rela memberikan kesaksian-kesaksian palsu tentang islam, karena alasan ekonomi dan dorongan finansial. “Pihak gereja sengaja memanfaatkan saya untuk membenturkan islam dengan kristen,” beber pendeta yang memiliki 20 tempat pemuridan tersebut. Yang dimaksud tempat pemuridan adalah semacam tempat pembinaan dan pendidikan Islamologi bagi umat kristen.
Markus juga menyebutkan bahwa pihak gereja sengaja menyebarkan VCD ceramahnya itu untuk menghina umat islam. Posisinya sebagai mantan orang islam yang memberikan kesaksian palsu tentang islam, bagi gereja akan lebih mengena. Walau demikian, dia mengaku masih tetap seorang muslim, bukan murtad. Tentu saja kesaksiannya ini masih membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.
Sudah banyak yang menjadi korban penipuan Pendeta Markus Margiyanto. Penipuan bermodus pura-pura masuk islam ini sungguh berbahaya. Jika setiap saat bersyahadat di hadapan tokoh islam untuk mendapat simpati dalam bentuk materi, maka jelas bahwa “penipuan berkedok masuk islam” adalah profesi Pendeta Markus.
4.Muhammad Filemon
Heboh VCD Zainuddin MZ Kesaksian di Rumah Makan
USIANYA 50-an tahun, berperawakan sedang, berkulit kuning. Ia mengaku keturunan Arab. Itulah Muhammad Filemon. Gaya bicaranya menggebu-gebu. Setelah peredaran VCD yang memuat pengakuannya telah membaptis K.H. Zainuddin MZ, Filemon tampak ketakutan. HP yang biasa ia gunakan tak pernah lagi dibawanya.
Tapi, kisah Filemon bisa kita dapat dari H. Insan LS. Mokoginta, 54 tahun. Wiraswastawan asal Manado, Sulawesi Utara, yang sejak tahun 1980 masuk Islam ini sering mendapat keluhan dari temannya bernama Agus. Menurut Insan, Agus yang beragama Islam, sering berdiskusi soal agama dengan salah seorang anak buah Filemon. Karena anak buah Filemon itu sering mengutip ayat-ayat suci Al-Quran, iman Agus jadi goyah.
Karena penasaran, Agus mengajak Insan –yang dianggap paham ajaran Islam– untuk berdiskusi dengan anak buah Filemon. Waktu dan tempatnya ditentukan, di Rumah Makan Pondok Laras, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pada 4 Mei 2003, pukul 15.00 WIB.
Insan tak hanya bersama Agus. Ia mengajak Ustad Afdil Salim dan Jamil, dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, serta Abu Mumtaz dari Majalah Bidik. Dalam pertemuan tersebut, Insan berpura-pura sebagai orang yang sedang mencari kebenaran, dan belum paham tentang ajaran agama Islam.
Di luar dugaan, Filemon hadir dalam pertemuan itu. Ia datang bersama 12 jemaatnya. Filemon mendapat giliran pertama. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk memberi kesaksian, tentang mengapa ia akhirnya memilih Nasrani sebagai jalan hidupnya, pada 1994. Menurut Filemon, ada tiga alasan. Pertama, ia sangat kecewa dengan kakeknya yang kawin-cerai, sampai delapan kali.
Kedua, ketika ia berada dalam penjara karena telah melakukan jihad. Tapi ia tak menyebutkan jihad tentang apa dan di mana ia dipenjara. Di dalam penjara itu Filemon mengaku satu sel dengan penganut Nasrani. Filemon, yang perokok berat, kemudian mengumpulkan puntung-puntung rokok dalam penjara untuk diambil tembakaunya dan dilinting ulang.
Karena tak ada kertas, Filemon melinting dengan menggunakan kertas yang ia sobek dari Alkitab milik teman satu selnya. Ketika rokok lintingan itu diisap, ia batuk-batuk tidak ketulungan. Teman satu selnya itu kemudian mengobatinya dengan doa-doa secara Kristiani. Batuknya berhenti dengan sendirinya. Ketika sisa lintingan rokok itu dibuka, dalam kertas ada tulisan, “Bertobatlah kamu karena Kerajaan Allah sudah semakin dekat.”
Adapun alasan ketiga, Filemon berfikir bahwa semua ajaran agama sama. Ia memilih memeluk Nasrani.
Selama memberikan kesaksian sekitar 45 menit itu, Filemon sesekali mencuplik ayat Al-Quran dan kutipan dalam bahasa Arab. Tapi lafalnya yang salah. Misalnya “Lakum dinukum waliyadin”, diucapkan “Lakum dinakum waliyabin”“Alaihi salam” diucapkannya “Aliyul salam”
.
Setiap kali Filemon salah melafalkan ayat atau kutipan dalam bahasa Arab, Ustad Afdil Salam selalu membetulkannya. Ketika Jasmin menyodorkan Al-Quran Surah Al Ikhlas untuk dibaca, raut muka Filemon berubah. “Aduh, sudah nggak bisa,” Filemon menolak.
Setelah itu, suasana pertemuan jadi tidak nyaman. Diskusi belum berjalan sebagaimana dijadwalkan, Filemon sudah enggan meneruskannya. “Saya nggak nyangka jadi begini. Saya tidak bisa meneruskan diskusi ini, saya ada acara,” kata Insan menirukan ucapan Filemon.
Pertemuan yang direncanakan 3 jam itu diakhiri pada menit ke-55. Filemon bersama jemaatnya lalu meninggalkan rumah makan, padahal menunya belum selesai ia santap. Karena materi pembicaraan dinilai belum tuntas, Insan berusaha melakukan dialog lagi. “Tapi, Filemon sulit sekali dihubungi,” ujar Insan.
“Ternyata ia tak bisa membacanya,” kenang Insan kepada Rini Sulistyowati dari GATRA. “Masak, orang yang mengaku di rumah berbahasa Arab dan pintar mengaji tiba-tiba nggak bisa?” tanya Insan. Tentu, sebaiknya Filemon menjawab pertanyaan ini.
Herry Mohammad [Laporan UtamaGATRA, Nomor 27 Beredar Senin 19 April 2003]
Ergun Caner, seorang pemuka agama Kristen Baptis di AS, setelah kebohongannya terbongkar.
Caner yang sekarang menjabat sebagai dekan Liberty Baptist Theological Seminary di Lynchburg, Virginia selama ini mengaku sebagai mantan seorang muslim radikal yang kemudian masuk Kristen. Cerita ini berawal ketika Caner dan saudara lelakinya yang diklaim bernama Emir, menerbitkan sebuah buku berjudul“Unveiling Islam: An Insider’s Look at Muslim Life and Beliefs”, tak lama setelah peristiwa serangan 11 September 2001 di New York dan Washington DC.
Dalam buku itu, Caner mengklaim pernah menjadi seorang muslim yang radikal di masa remajanya dan pernah mengikuti pelatihan teroris di Turki sebelum berimigrasike AS. Caner juga mengaku “menemukan” Yesus Kristus di sebuah gereja di Ohio yang membuatnya memutuskan untuk pindah agama menjadi seorang Kristiani.
Buku itulah yang membuat nama Caner jadi sangat terkenal, sehingga ia berhasil mendapatkan jabatan sebagai dekan di Liberty Baptist Theological Seminary di Lynchburg, Virginia pada tahun 2005, padahal pengakua Caner sebagai mantan muslim radikal dalam buku yang ditulisnya, cuma kebohongan semata.
Sejak dirinya terkenal sebagai pemuka agama Kristen Baptis, Caner kerap mengkritik Islam dan justru pernyataan-pernyataan serta cerita-cerita Caner yang kontradikti, yang kemudian membuat banyak orang meragukan pengakuannya tentang masa lalunya.
Laporan-laporan yang muncul menunjukkan bahwa Caner dan keluarganya pindah ke Ohio sejak Caner masih anak-anak–mustahil pada usia anak-anak ia mengikuti pelatihan teroris, seperti yang diklaimnya–dan kata-kata dalam bahasa Arab yang seringkali diucapkan Caner dalam khutbah-khutbahnya ternyata cuma “ocehan” yang tak jelas artinya.
Setelah kebohongan Caner terbongkar, Penangggung Jawab Universitas Liberty, Jerry Falwell Jr. berinisiatif untuk melakukan penyelidikan atas perilaku Caner yang hasilnya akan diketahui bulan ini juga. Ayah Jerry, mantan penanggung jawab dan pendiri Liberty Baptist Theological Seminary adalah salah satu tokoh Kristen yang juga sering menjelek-jelekkan agama Islam dan Nabi Muhammad Saw. Jerry Falwell Sr. meninggal pada tahun 2007.
Sementara Caner harus menerima konsekuensi atas kebohongannya. Ia dikecam habis-habisan, disebut sebagai seorang oportunis yang hanya ingin menimbulkan ketegangan antara penganut Kristen dan Islam. Sejumlah pengamat mengatakan, cara Caner mendapatkan popularitas menunjukkan bahwa cerita-cerita tentang orang Islam yang pindah agama ke Kristen menjadi cerita yang penting dan mengagumkan bagi banyak kalangan penganut Kristen di Amerika sekarang ini.

2 komentar: